Advertise

Cara Aman Bertransaksi Digital

Cara Aman Bertransaksi Digital


Penetrasi internet yang tinggi berdampak pada peningkatan aktivitas transaksi digital di masyarakat. Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, transaksi uang elektronik hingga kuartal ke-3 tahun 2021 mencapai Rp 209,81 triliun.

Diproyeksikan pula jumlah tersebut akan meningkat menjadi Rp 248 triliun untuk keseluruhan tahun 2021.

Kemajuan teknologi dalam fitur transaksi digital semakin dimanfaatkan oleh banyak masyarakat. Jika sebelumnya kebutuhan transaksi hanya mengandalkan mesin EDC (Electronic Data Capture) dan ATM transfer, sekarang sudah banyak fitur-fitur baru seperti scan QRIS, QR Code, mobile transfer, dan lain-lain.

Masyarakat pun harus tetap waspada akan bahaya transaksisi digital. Presiden Direktur PT ITSEC Asia, Andri Hutama Putra mengingatkan, tiap kemajuan teknologi selalu dibarengi dengan ancaman siber.

Simak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga keamanan bertransaksi digital:

1. Jaga kerahasiaan data

Data-data rahasia yang tidak boleh dibagikan seperti pin/password, kode OTP, authentication code, dan lainnya merupakan pintu masuk ke dalam informasi rahasia yang kita miliki.

2. Gunakan alamat email khusus

Akan lebih baik dan aman jika kita memiliki email yang dikhususkan untuk keperluan-keperluan tertentu.

Jangan sembarangan membuka tautan yang mencurigakan dalam pesan email, ini untuk menghindari serangan phising yang meretas informasi seperti data login.

3. Aktifkan Two Factor Authentication dan notifikasi transaksi

Aktifkan opsi Two Factor Authentication untuk memberi pengamanan ganda terhadap transaksi digital.

Two Factor Authentication dapat memberi lapisan ekstra pengamanan terhadap transaksi digital, melalui pengiriman kode verifikasi atau kode OTP (one time password) ke nomor telepon sebelum transaksi terjadi.

4. Jangan Mudah Jawab Panggilan dan Beri Informasi

Merespon nomor yang tidak dikenal bisa jadi awal mula kita terkena serangan siber. Banyak masyarakat yang masih mudah tertipu akan penawaran ataupun modus-modus lainnya yang didapat baik dari SMS, email, ataupun percakapan langsung melalui telepon.

Untuk itu, masyarakat harus lebih kritis dalam menilai apakah informasi yang didapat tersebut sumbernya dari lembaga/pihak yang resmi atau tidak. Jangan mudah menjawab atau memberikan informasi kepada pihak yang tidak dikenal/bukan dari lembaga resmi.

5. Pastikan Identitas Orang yang Bertransaksi dengan Kita

Sebelum membeli atau mentransfer sesuatu, usahakan agar kita sudah merasa yakin. Seperti contoh, penipuan yang memanfaatkan akun korban yang diretas.

Ada banyak kasus saat si penipu meminta transfer kepada kerabat/teman baiknya. Jika kita mengalami hal tersebut, cek kembali ke orang-orang di sekitarnya apakah benar teman/rekan kita yang meminta transfer atau orang lain.

Begitu halnya dengan transaksi di e-commerce, usahakan membeli dari e-commerce yang terpercaya dan juga cek review terlebih dahulu sebelum membeli barang.

6. Ganti Password/PIN Secara Berkala

Untuk mencegah kode akses kita mudah diketahui oleh orang lain, usahakan kita mengganti kode akses kita dalam jangka waktu tertentu.

Hal ini dilakukan untuk mencegah agar pihak lain bisa mengakses informasi yang kita miliki. Buat kode akses yang terdiri dari kombinasi huruf capital, angka, dan simbol agar kode akses kita tidak mudah ditebak.

7. Gunakan Limit Kartu Kredit Rendah untuk Transaksi

Kartu kredit merupakan salah satu layanan perbankan yang rawan untuk disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Untuk meminimalisasi resiko yang mungkin terjadi, gunakan kartu kredit dengan limit rendah agar jika kemungkinan terburuknya kita terkena serangan siber, kerugian yang kita dapat tidak terlalu besar.

Posting Komentar

0 Komentar